BUNUH DIRI

Beberapa hari lalu, sebuah feed di Instagram menarik perhatian saya. Sharing session psikologi persembahan dari @te.mali dengan topik bahasan "Cegah Bunuh Diri dengan Kenal Diri" pemateri oleh Nisrina Rizkia (Millenial Life Coach)

Latar pendidkan saya bukan psikologi, namun sejak lama saya tertarik dengan bahasan psikologi. Saya mengingat beberapa novel psikologi yang sempat saya baca sejak zaman SMA dulu, diantaranya 24 Wajah Billy karya Daniel Keyes dan Sheila karya Torey Hayden. Entah novel-novel tersebut menggabarkan tentang ilmu psikologi atau tidak, saya tidak tahu. Yang pasti membacanya sangat menarik untuk saya. Belakangan ini saya juga sangat tertarik dengan parenting, yang tentunya berkaitan erat dengan ilmu psikologi.

Baru-baru ini kita mendapat kabar duka dari teman kita di salah satu universitas bergengsi di Indonesia, mengenai kasus bunuh diri.
Dan ternyata, teman teman lain juga pemikiran mengenai keinginan bunuh diri ini, tidak hanya satu dua, cukup banyak. Sehingga perlu adanya self awareness terhadap diri dan lingkungan.

Keinginan melakukan bunuh diri, menurut sejumlah teman yang bercerita. Disebabkan lingkungan keluarga yang di dalam pemikiran mereka adanya perasaan kurang berharga. Keluarga merupakan support system yang paling banyak berperan dalam perkembangan mental seseorang. Seseorang yang tumbuh dengan bahagia dirinya akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh.

Namun, tidak semua orang mendapatkan lingkungan keluarga yang mendukung kesehatan mentalnya. Ada sebagian orang yang tumbuh dengan membawa luka masa kecilnya, yang di sebut innerchild. Adanya innerchild membuat seseorang membentuk insecurity terhadap lingkuannya. Sehingga kesulitan dalam mengungkapkan perasaannya. Akhirnya di pendam sendiri dan akan meledak suatu saat.

Anak-anak yang di keluarganya kurang mendapatkan kasih sayang, akan mencari orang lain yang dapat menggantikan rasa yang hilang tersebut. Akibatnya mereka akan merasakan kelekatan yang berlebihan dan jika mereka di pisahkan dengan orang "sangat berarti" mereka akan kehilangan semangat hidup.

Pikiran yang memicu keinginan untuk bunuh diri juga di sebabkan terkikisnya keberhargaan diri. Sehingga memunculkan pemikiran "untuk apa aku hidup?". Oleh karenanya, sangat perlu kita tanamkan dalam diri kita bahwa keberhargaan diri bukan ditentukan oleh bagaimana perlakukan orang lain terhadap kita, namun bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Hilangnya harapan juga memicu seseorang untuk melakukan bunuh diri. Maka, teruslah menciptakan harapan harapan dalam hidup disertai berserah diri kepada Tuhan YME.

Setiap individu pasti memiliki perasaan positif maupun negative. Jangan pernah memendam perasaan itu, sampaikan dengan cara yang baik. Misalnya menulis atau bercerita dengan ornag yang di percaya. Jika suatu saat salah seorang bercerita mengenai keinginan bunuh dirinya. Jangan di hakimi, dampingi terus. Semoga dengan adanya kita yang menemani, atas izin Allah beban pikiran teman tersebut berkurang.

Pada dasarkan keluarga merupakan support system paling baik, guna pembentukan kesehatan mental maupun terapi. Sehingga menciptakan keluarga yang kondusif untuk perkembangan mental anak. Seperti yang tidak bosan-bosannya disampaikan oleh doctor psikologi Dedy Susanto, "sayangi anak dimulai dari benar-benar memilih calon pasangan" yang nantinya dapat mendukung perkembangan mental calon anak kita.

O iya, satu lagi pesan Nisrina Rizkia. Kita jangan mengkaitkan iman seseorng dengan kecenderungan ingin bunuh diri. Karena gangguan mental memiliki banyak factor yang melatarbelakanginya. Setiap diri kita adalah berharga, dan tentunya di ciptakan dengan tiada kesia-siaan. Temukan tugas kita, dan percaya diri, cintai diri kita dan apresiasi diri sendiri.

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Fisik dan mental saling berkolaborasi menjadikan kita individu yang prima sehingga apa yang kita lakukan produktif secara maksimal.


Referensi tulisan:

Materi SS  Nisrina Rizkia unduh disini
IG @dedysusantopj
YT kuliahpsikologiTV

Komentar

Postingan populer dari blog ini

What I really want

Kamu Tau Diri gak sih?

Alasan Pembenaran